Jumat, 13 Januari 2023

Artikel Psikologi Pendidikan


 PENGIMPLEMENTASIAN PEMBELAJARAN BAHASA JAWA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA SUPM NEGERI TEGAL 

Mutiara Hayyu Barwita
Email: mutiara.barwita@gmail.com

ABSTRAK

        Pengimplementasian pembelajaran bahasa jawa dilaksanakan untuk membentuk siswa yang berkarakter. Saat ini, karakter siswa semakin luntur dengan adanya berbagai faktor dari dalam maupun luar siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami penerapan pendidikan karakter pada siswa SUPM negeri Tegal. Metode yang digunakan yaitu penelitian kualitatif. Penelitian ini dilakukan di SUPM negeri Tegal. Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas X SUPM Negeri Tegal. Data diperoleh dari hasil observasi dan wawancara kepada kepala sekolah, para wakil kepala sekolah, wali kelas, guru dan siswa. Sumber data berasal dari peristiwa, dokumen dan informan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Validitas data menggunakan teknik triangulasi sumber data dan triangulasi metode. Analisis data menggunakan teknik deskriptif didasarkan pada analisis kualitatif. Hasil penelitian bersadarkan: (1) Karakter peserta didik SUPM Negeri Tegal; (2) Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Jawa di SUPM Negeri Tegal ; dan (3) Tingkat keberhasilan Pendidikan karakter di SUPM Negeri Tegal.

        Pembentukan karakter siswa SUPM Negeri Tegal melalui pengimplementasian pembelajaran Bahasa Jawa mewujudkan sikap hormat serta sopan santun terhadap sesama dan kepada orang tua serta berperilaku baik saat datang ke sekolah hingga selama di asrama sekolah. Dalam pembelajaran Bahasa Jawa siswa mampu memahami dan mempraktikkan nilai-nilai atau ajaran yang ada dalam pembelajaran Bahasa Jawa, dikarenakan guru menerjemahkan juga dalam Bahasa Indonesia untuk peserta didik yang berasal dari luar Jawa sehinggan seluruh peserta didik mampu memahami makna dan maksud dari materi yang disampaikan. Tingkat keberhasilan pendidikan karakter di SUPM Negeri Tegal adalah terbentuknya karakter yang meliputi sopan santun, disiplin, berani dan jujur. Selain itu, terdapat dapat di analisis faktor penghambat dan faktor pendukung membentuk karakter siswa. 

Kata kunci: pembelajaran bahasa jawa, penerapan, karakter

ABSTRACT 

            The implementation of Javanese language learning is carried out to form students with character. At present, the character of students is increasingly fading due to various factors from within and outside students. The purpose of this study was to understand the application of character education to SUPM Tegal students. The method used is qualitative research. This research was conducted at SUPM Tegal state. The research subjects were all students of class X SUPM Negeri Tegal. The data were obtained from observations and interviews with the principal, vice principals, homeroom teachers, teachers and students. Sources of data come from events, documents and informants. Data collection techniques are carried out by means of observation, interviews, and documentation. Data validity uses data source triangulation techniques and method triangulation. Data analysis using descriptive techniques based on qualitative analysis. The results of the study were based on: (1) The character of Tegal State SUPM students; (2) Implementation of Javanese language learning at Tegal State SUPM; and (3) the success rate of character education at SUPM Negeri Tegal. 

            The formation of the character of SUPM Negeri Tegal students through the implementation of Javanese language learning manifests respect and courtesy towards others and to parents and behaves well when they come to school and while in the school dormitory. In learning Javanese, students are able to understand and practice the values or teachings that exist in learning Javanese, because the teacher also translates into Indonesian for students who come from outside Java so that all students are able to understand the meaning and intent of the material presented. The level of success of character education at SUPM Negeri Tegal is the formation of character which includes courtesy, discipline, courage and honesty. In addition, there can be an analysis of inhibiting factors and supporting factors in shaping student character. 

Keywords: learning Javanese, application, character


PENDAHULUAN 
   Pendidikan merupakan proses pembelajaran yang terdiri dari beberapa komponen berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Ketiga komponen tersebut dilakukan melalui kegiatan pengajaran, pelatihan dan penelitian yaitu kegiatan yang meliputi berbagai komponen yang saling berhubungan. Pendidikan dilaksanakan secara terprogram dan terstruktur agar semua faktor pendidikannya dapat dipahami. Segala unsur sistem pendidikan yang berlaku secara mikro ataupun makro harus dipahami dan dapat digunakan serta ditingkatkan sehingga mencapai tujuan pendidikan yang semestinya (Wahyudin, 2008: 1). Adapun menurut Heidjrachman & Husnan (2011: 77) pendidikan merupakan kegiatan yang bertujuan memberikan informasi atau meningkatkan pengetahuan umum seseorang dalam memaksimalkan pengetahuan dan pemahamam teori, menentukan dan mengambil cara penyelesaian terhadap masalah-masalah yang ditinbulkan dari kegiatan di dalam pencapaian tujuan itu, berupa masalah di dunia pendidikan maupun kehidupan sehari-hari. 
     UU No. 20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional menerangkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 
      Pembelajaran merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan pendidik dan peserta didik secara sadar dan terstruktur. Pembelajaran dapat dilakukan di luar maupun di dalam kelas. Segala informasi dan pengetahuan disampaikan oleh pendidik kepada peserta didik melalui proses pembelajaran. Menurut Baharuddin (2015: 19) pembelajaran bertujuan untuk membantu proses belajar peserta didik. Pembelajaran dapat dikatakan serangkaian peristiwa yang dirancang dan disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi terjadinya proses belajar peserta didik yang bersifat internal. Situasi dan kondisi dalam pembelajaran harus dirancang terlebih dahulu oleh perancang agar proses belajar terjadi dengan semestinya. Adapun menurut Sagala (2011: 61) pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah. Mengajar dilakukan oleh guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh siswa sebagai peserta didik. Jadi, konsentrasi belajar berlangsung dalam suatu pola yang digunakan secara bersamaan oleh guru dan siswa. Pembelajaran dapat juga dikatakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik. Oleh karena pembelajaran merupakan upaya sistematis dan sistemik untukmenginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan proses belajar makakegiatan belajar berkaitan erat dengan jenis hakikat, dan jenis belajar sertahasil belajar tersebut. Pembelajaran harus menghasilkan belajar, tapi tidak semua proses belajar terjadi karena pembelajaran. Proses belajar terjadi juga dalam konteks interaksi sosial-kultural dalam lingkungan masyarakat (Winataputra, 2008: 18) Ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaranadalah aktivitas atau peristiwa yang bertujuan untuk menyampaikaninformasi dan pengetahuan yang dilakukan oleh guru dan siswa secara bersamaan. Pembelajaran juga kegiatan untuk memfasilitasi danmeningkatkan kualitas belajar pada peserta didik. Di dalam pembelajaran meliputi jenis hakikat, jenis belajar dan hasil belajar pserta didik. Tidak semua proses belajar terjadi karena pembelajaran. Proses belajar bisaterjadi di dalam lingkungan masyarakat umum. 
     Selain pendidikan sebagai ilmu pengetahuan, dalam pembelajaran di sekolah peserta didik perlu adanya pendidikan karakter. Pendidikan karakter perlu diberikan di tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah. Hal tersebut menjadi sebuah pedoman untuk membentuk peserta didik yang baik. Pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Inilah rancangan Pendidikan karakter (moral) yang oleh Thomas Lickona disebut moral knowing, moral feeling, dan moral action (Lickona, 2012:51). Karena itulah, semua mata pelajaran yang dipelajari oleh peserta didik di sekolah harus bermuatan pendidikan karakter yang bisa membawa mereka menjadi manusia yang berkarakter, seperti yang ditegaskan oleh Lickona tersebut. 
     Penanaman pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi, serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari (Muslich, 2011: 81). 
       Perlu kita ketahui bahwa di zaman digital seperti sekarang ini, pendidikan karakter yang dimiliki peserta didik sangatlah minim. Oleh sebab itu, sebagai pendidik sangat dianjurkan untuk memberikan pemahaman maupun penerapan pendidikan karakter pada peserta didik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Pendidikan karakter yang diharapkan yaitu mengenai sopan santun, menghormati guru dan orang tua, jujur, disiplin, tanggung jawab, mandiri, peduli social, cinta tanah air, dan lain sebagainya. Contoh Pendidikan karakter tersebut sangat sejalan dengan kurikulum merdeka yang sedang dijalankan untuk sekarang ini. Seperti halnya yang disebutkan dalam kurikulum merdeka bahwa peserta didik harus memiliki profil pelajar Pancasila. 
     Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Jawa berbasis pendidikan karakter dalam kurikulum seringkali memunculkan berbagai kendala yang diantaranya dapat diketahui melalui penelitian yang dilakukan oleh Vikiyono (2015) dengan judul “Implementasi Pendidikan Karakter di SDIT Qurrota A’yun Ponorogo”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hambatan yang dialami dalam proses penanaman karakter berasal dari dalam dan dari luar. Hambatan dari dalam meliputi pendidik yang kurang bisa memahami karakteristik masing-masing siswa. Kurangnya sarana penunjang dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu sistem full day yang ternyata memiliki beberapa kelemahan. Hambatan dari luar adalah kurangnya partisipasi aktif orang tua dalam proses penanaman karakter.
       Penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2018) dengan judul “Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Pembiasaan Penggunaan Bahasa Jawa Siswa di SD Karangmulyo Yogyakarta”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melakukan pembiasaan siswa dengan penggunaan bahasa Jawa dalam komunikasi sehari-hari di sekolah. Penggunaan bahasa Jawa juga beragam, dimana siswa kelas rendah baru sebatas menggunakan bahasa Jawa ngoko lugu dan ngoko alus. Hal ini dikarenakan siswa belum mampu menggunakan sesuai dengan unggah-ungguh. Namun pembiasaan penggunaan bahasa Jawa sesuai unggah-ungguh dapat diterapkan bagi siswa kelas tinggi dalam kriteria berkomunikasi siswa sekolah dasar.
      Dari kedua penelitian di atas, dapat diketahui bahwa pengimplementasian pendidikan karakter dapat dilaksanakan pada pembelajaran Bahasa Jawa melalui pembiasaan komunikasi menggunakan Bahasa Jawa. Namun, dalam penerapannya memiliki berbagai hambatan dari dalam dan luar. Oleh karena sebagai guru dapat mengatasinya dengan membimbingnya di sekolah sesuai unggah-ungguh. 

METODE PENELITIAN 
       Penelitian yang dilaksanakan yaitu berlangsung di SUPM Negeri Tegal dengan alamat di Jalan Martoloyo Po. Box. 22 Kota Tegal. Sekolah ini merupakan sekolah perikanan pertama di Indonesia dan yang pertama di Asia Tenggara. Peserta didik di SUPM Negeri Tegal mempunyai prestasi dalam bidang ekstrakulikuler maupun prestasi dalam bidang akademik. Peneliti memilih sekolah tersebut, karena sekolah tersebut sangat terkenal dengan pendidikan karakternya.
    Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melakukan aktifitasnya untuk memperoleh pengetahuan, sebuah informasi, atau cerita yang rinci tentang subjek dan tata sosial penelitian. Subjek penelitiannya yaitu seluruh siswa kelas X SUPM Negeri Tegal sejumlah 153 siswa. Data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara kepada kepala sekolah, para wakil kepala sekolah, wali kelas, guru dan siswa. Hasil wawancara dilakukan secara mendalam dan pengamatan berbentuk cerita yang sangat mendetail (deskripsi-rinci, gambaran yang mendalam), termasuk ungkapan-ungkapan asli subjek penelitian. Sumber data berasal dari peristiwa, dokumen dan informan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Validitas data menggunakan teknik triangulasi sumber data dan triangulasi metode. Analisis data menggunakan teknik deskriptif didasarkan pada analisis kualitatif.
       Pada penelitian ini dihadapkan pada penentuan sebab akibat. Jawaban terhadap pertanyaan hubungan sebab akibat penting untuk mengetahui dan mengontrol dari beberapa pihak. Melalui pendekatan kualitatif, data yang diperoleh akan lengkap, lebih mendalam dan terpercaya. Dengan demikian pembelejaran Bahasa Jawa dalam pembentukan karakter pada peserta didik di SUPM Negeri Tegal dapat terungkap dengan jelas dan mendalam.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 
Karakter Peserta Didik SUPM Negeri Tegal
       Karakter yang ditanamkan pada peserta didik dapat dikembangkan melalui dengan adanya program yang akan dijalankan kemudian disosialisasikan kepada semua warga sekolah, setelah disosialisasikan secara bertahap untuk dilaksanakan. Apabila sering dilaksanakan akan menjadi kebiasaan dan membentuk karakter pada diri peserta didik.
        Dalam pengembangan karakter tidak terlepas dari bantuan semua warga sekolah, keluarga dan masyarakat. Ketiga ranah ini sangat berperan penting dalam mengembangkan karakter peserta didik. Karena tidak akan berjalan dengan optimal apabila dalam pengembangan karakter hanya dijalankan di sekolah saja tetapi juga harus adanya kerja sama antara pihak sekolah dan keluarga. Karakter peserta didik dalam lingkungan sekolah berkaitan dengan manajemen atau pengelolaan sekolah. Pengelolaan yang dimaksud adalah bagaimana karakter peserta didik ini direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan yang ada di dalam lingkungan sekolah. Pengelolaan tersebut antara lain meliputi, nilaai-nilai yang perlu ditanamkan, muatan kurikulum, pembelajaran, penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan, dan komponen yang terkait lainnya. Dengan demikian, manajemen sekolah menjadi salah satu media yang efektif dalam pendidikan karakter di sekolah.
     Penanaman karakter peserta didik dilakukan ketika peserta didik masuk gerbang sekolahan, proses pembelajaran, istrahat sampai pulang ke asrama. .Pada saat peserta didik masuk gerbang telah ditanamkan karakter disiplin dan saling menghormati dengan cara sikap hormat kepada guru (tenaga pendidik), tenaga kependidikan, serta kepada kakak kelas. Adapun penanaman karakter dalam proses pembelajaran diantaranya: 
  1. Berdoa sebelum memulai pelajaran maupun memulai suatu kegiatan serta mengucapkan syukur apabila mencapai keberhasilan.
  2. Memberi salam dan sikap hormat apabila bertemu dengan guru maupun kakak kelas.
  3. Menghargai pendapat teman. 
  4. Menjaga lingkungan dalam kelas agar selalu bersih, serta mengacungkan jari telunjuk sebelum menyampaikan pendapat.
  5. Menjunjung nilai kejujuran dengan cara tidak mencontek saat ujian. 
  6. Duduk dengan rapi dan tertib.
        Selain itu guru juga menjadi suri tauladan bagi peserta didik, sebab kata guru terdiri dari dua kata yaitu digugu dan ditiru sehingga perilaku guru merupakan model atau media yang paling dekat yang dapat menanamkan nilai-nilai karakter mulia pada diri peserta didik.

Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Jawa di SUPM Negeri Tegal
        Pembelajaran Bahasa Jawa merupakan salah satu pembelajaran yang memiliki kearifan lokal yang telah diterapkan di SUPM Negeri Tegal. Di dalam pembelajaran bahasa Jawa, terdapat unggah-ungguh. Unggah-ungguh berarti sopan santun, hal tersebut tercermin dari adanya tata aturan dalam penggunaan Bahasa Jawa misalnya aturan menggunakan Bahasa Jawa krama antara siswa dengan orang yang lebih tua seperti guru maupun teman sebaya. Aturan tersebut mengajarkan kita untuk berbicara yang sopan santun sesuai unggah-ungguh maupun menghormati orang yang lebih tua seperti yang telah diterapkan di SUPM Negeri Tegal. Dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Jawa perlu diketahui bahwasannya alokasi pembelajaran bahasa Jawa adalah 1 x 35 menit (1 jam pelajaran) dalam setiap kelas X, XI dan XII. 
        Dalam pelaksanan pembelajaran Bahasa Jawa meliputi waktu karena waktu pembelajaran juga mempengaruhi pengetauan pada siswa, karena terbatasnya waktu yang sedikit yaitu hanya satu jam pelajaran. Pembelajaran bahasa jawa merupakan salah satu pembelajaran yang sudah diterapkan di SUPM Negeri Tegal dan merupakan pembelajaran muatan lokal, karena pembelajaran tersebut mengembangkan nilai-nilai budaya Jawa seperti tata krama kepada orang tua maupun guru yang ada di sekolah. Pembelajaran Bahasa Jawa bersama guru untuk menanamkan karakter pada anak yang terdapat pada tiga tahap. Pertama kognitif, mengisi otak, mengajarinya dari tidak tahu menjadi tahu, dan pada tahap Kedua dapat membudayakan akal pikiran, sehingga dia dapat memfungsi akalnya menjadi kecerdasan intelegensi siswa memperoleh pengetahuannya terkait dengan informasi unggah ungguh penggunaan bahasa jawa krama serta manfaatnya melalui pelajaran bahasa jawa yang diajarkan oleh guru setiap 1 jam perminggu. Ketiga adalah berkenaan dengan aksi, perbuatan, perilaku, dan seterusnya. Siswa melakukan pertemuan yang diulang setiap minggunya didalam kelas, maka pengenalan lebih dalam pun sudah dilakukan seperti menyapa dengan Bahasa Jawa tata krama dengan guru maupun dengan yang lainnya.

Tingkat Keberhasilan Pendidikan Karakter di SUPM Negeri Tegal
        Hasil pembelajaran adalah hasil yang ingin di capai oleh peserta didik setelah kegiatan belajar mengajar berlangsung. Dan setiap pembelajaran pastinya ada sesuatu yang ingin dituju, tujuan itu bisa berupa angka/nilai dan juga perubahan sikap atau karakter yang baik dan sesuai apa yang telah diajarkan. Dalam pembelajaran Bahasa Jawa ini terdapat nilai-nilai moral yang ingin di capai sebagai tingkat keberhasilan dalam pembelajaran, seperti:
1. Sopan Santun
     Sopan santun pada merupakan sikap hormat kepada siapapun disekeliling kita dengan berdasarkan adat yang baik dan benar, selain itu sopan santun juga suatu perilaku yang beradab, baik dalam berperlaku, tutur kata dan berpakaian.
2. Disiplin 
     Pendidikan karakter sangat erat kaitannya dengan kedisplinan. Karena dari kesiplinan yang kuat, tangguh, kokoh serta bertanggung jawab akan terbentuk pula karakter yang kuat. Karena disiplin adalah salah satu kunci karakter yang kuat dan kokoh.
3. Berani
      Sifat berani biasanya dimiliki oleh para pahlawan dan pejuang, sifat berani dimiliki pula oleh setiap manusia di muka bumi ini. Dengan adanya sifat berani ini bisa dijadikan acuan atau harapan bahwasannya anak-anak ini nanti adalah sebagai generasi penerus bangsa yang harus dan wajib mempunyai sifat berani agar bisa menjaga bangsa ini dari gangguan luar.
4. Jujur
       Sifat jujur perlu dimiliki oleh setiap orang. Sebuah kejujuran adalah aspek moral kehidupan. Aspek ini memiliki nilai baik serta nilai positif. Semua orang pasti menghargai suatu kebenaran. Di dalam setiap etnis, budaya maupun agama kebenaran tentu dijunjung tinggi. Maka setiap ajaran tentu mengharuskan kejujuran ada di dalamnya.

Faktor penghambat dan pendukung membentuk karakter siswa dalam pelaksanaan pembelajaran Bahasa Jawa di SUPM Negeri Tegal 
      Ada beberapa hal yang menjadi faktor penghambat dan pendukung membentuk karakter siswa dalam pelaksaan pembelajaran Bahasa Jawa sebagai berikut : 
1. Faktor Penghambat  
         Faktor tersebut masih didominasi oleh faktor internal siswa seperti rasa malas, bosan maupun rasa minat. Adanya karakter siswa yang berbeda-beda terhadap pembelajaran dikarenakan pembelajaran Bahasa Jawa dilaksanakan pada siang hari yaitu antara pada jam ke tujuh hingga jam ke sebelas, menjadikan siswa kurang minat dan pembelajaran menjadi kurang efektif. Selain itu, mata pelajaran maupun materi Bahasa Jawa kurang diminati oleh siswa.
         Faktor penghambat lainnya salah satunya yaitu karakter siswa yang berbeda beda, seperti ada satu atau dua anak yang masih merasa kesulitan dengan pembelajaran bahasa Jawa karena anak tersebut berasal dari luar pulau Jawa, jadi murid harus benar benar memperhatikan agar faham. 
2. Faktor Pendukung
         Faktor pendukung disini adalah mulai dari sarana dan prasarana yang baik meliputi lingkungan sekolahan, karena sekolah menerapkan boarding school (asrama), jadi siswa dibiasakan untuk tertib dan hormat baik kepada guru maupun teman yang lebh tua. Disitulah karakter yang sebenarnya terbentuk mulai dari sapa (salam disertai sikap hormat) antara murid dengan guru ataupun teman yang lebih tua, terdapat juga faktor dari lingkup keluarganya yang mana memang ketika dirumah telah di didik orang tuanya berbahasa yang sopan dan santun. Ada juga faktor dari lingkungan keluarga sebagai pendukung karakter siswa yang ada di SUPM Negeri Tegal.

PENUTUP
        Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti di lapangan, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan tentang “Pengimplementasian Pembelajaran Bahasa Jawa dalam Pembentukan Karakter Siswa SUPM Tegal” serta dari berbagai data yang dikumpulkan dan di analisa, dapat disimpulkan bahwa karakter peserta didik di SUPM Negeri Tegal terwujudnya sikap hormat serta sopan santun terhadap sesama dan kepada orang tua serta berperilaku baik saat datang ke sekolah hingga selama di asrama sekolah. Pelaksannaan pembelajaran Bahasa Jawa di SUPM Negeri Tegal menurut peneliti pembelajaran dikategorikan sudah efektif hal ini dibuktikan dengan adanya siswa yang mampu memahami dan  mempraktikkan nilai-nilai atau ajaran yang ada dalam pembelajaran Bahasa Jawa, dikarenakan guru menerjemahkan juga dalam Bahasa Indonesia untuk peserta didik yang berasal dari luar Jawa sehinggan seluruh peserta didik mampu memahami makna dan maksud dari materi yang disampaikan. Tingkat keberhasilan pendidikan karakter di SUPM Negeri Tegal adalah terbentuknya karakter yang meliputi sopan santun, disiplin, berani dan jujur. Selain itu, terdapat dapat di analisis faktor penghambat dan faktor pendukung membentuk karakter siswa dalam pelaksanaan pembelajaran Bahasa Jawa di SUPM Negeri Tegal. 

DAFTAR PUSTAKA 
Baharruddin. (2015). Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta:Ar-Ruzz Media. 
 Handayani, T., & Hangestiningsih, E. (2018). “Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Pembiasaan Penggunaan Bahasa Jawa Siswa di SD Karangmulyo Yogyakarta”. Trihayu, 4(3), 415-419. Heidjrachman dan Suad Husnan (Ed. 4). 2011. Manajemen Personalia. Yogyakarta: BPFE. Lickona, Thomas. 2012. Mendidik Untuk Membentuk Karakter: Bagaimana Sekolah dapat Memberikan Pendidikan Sikap Hormat dan Bertanggung Jawab. (Penerjemah: Juma Abdu Wamaungo. Jakarta: Bumi Aksara). 
Muslich, Masnur. (2011). Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: PT Bumi Aksara. 
Sagala, Syaiful. (2011). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 
Veronika, P., Setiawan, B., & Wardani, N. E. (2017). “Implementasi Pembelajaran Bahasa Jawa (Materi Tembang Dolanan) Berbasis Pendidikan Karakter Religius Dalam Kurikulum 2013”. El Harakah, 19(1), 53. 
Vikiyono, Derit. (2015). Implementasi Pendidikan Karakter di SDIT Qurrota A’yun Ponorogo. Surakarta: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. 
Wahyudin, D. (2008). Pengantar Pendidikan. Jakarta: UT. 
Winataputra, Udin S. dkk. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka

Minggu, 26 Mei 2019

Ayo Sinau Geguritan







A. Pengerten Geguritan
   Geguritan yaiku wohing susastra kang basane cekak, mentes, lan endah. Tegese ukarane ora  nggladrah, tembunge duwe makna kanng jero, lan nggunakake tembung-tembung rinengga (purwakanthi swara, sastra, lan basa). Mula geguritan  ing kawitane mung cekak nanging nggunakake tembung-tembung kang duwe nilai estetika dhuwur. Wujud geguritan iku saemper karo sair (syair). Panulisane kanthi bait-bait/gatra. Geguritan iku kalebu puisi Jawa modheren, amarga ora kawengku dening pathokan tinamtu kaya dene tembang macapat.

B. Jinis Geguritan
    Kanggo ngreteni lan mahami surasane geguritan, awake dhewe kudu ngreti jinis-jinise geguritan. Adhedhasar surasane kang kamot jrone geguritan ing jaman saiki kayata:
  1. Ode yaiku geguritan kang surasane ngemot pangalembana marang wong liya, negara apadene kang dianggep luhur.
  2. Himne yaiku geguritan pangalembana marang Gusti Kang Mahakawasa
  3. Elegi yaiku geguritan kang surasane panalangsa. Geguritan iki njlentrehake sawijining bab kang nelangsa lan ngrujit ati.
  4. Epigram yaiku geguritan kang surasane babagan piwulang-piwulang moral, nilai idhup kang becik lan bener kang tinulis kanthi ringkes.
  5. Satire yaiku geguritan kang surasane ngenyek kanthi kasar (sarkasme) kang landhep/sinis tumrap sawijining bab kang ora adil kang ana ing madyaning bebrayan.
  6. Romansa yaiku geguritan kang surasane babagan katresnan. Tresna ora mung antarane sisihan, nanging tresna ing maneka warna bab.
  7. Balada  yaiku geguritan kang surasane babagan crita utawa lakon kang nyata utawa mung lamunane pujangga.
C. Tuladha
     Geguritan 1


SLIRAMU

Marang wengi iki
Udakara wanci setengah pitu
Tansah kelingan sliramu
Ing papan iki
Anggonmu teka ning aku
Rasaning ati iki gemebyar
Amarga sliramu kandha tresna

Hawane…
Ati iki kaya cumloroting rembulan
Yen disawang padhang
Yen dirasakke ayem
Uga gawe seneng

Barang saiki
Ati iki peteng
Ra ana sliramu
Wis sesasi kapungkur
Isine mung kuciwa
Tansah sliramu
Amung lamis



     Geguritan 2



TRESNA KANG OWAH

Nrima Marang pepesthen kang bakal tumeka
Kayata Urip iki
Urip kang Tansah mikirke sliramu
Esuk awan wengi ati Iki ngrasakke gegana
Merga tresnamu samsaya Ambyar ing atiku
Kowe beda Ra kaya biyen
Tak rasakne tresnamu Adem kaya es

Aku mesem Hamung ngerti sliramu
Yen nyatane Ana sing liya
Pawongan sing luwih bisa nYenengke sliramu
Aku pilih mundur Yen ngana kahanane
Sliramu tega Uga mblenjani janji

Ati iki tetep Bakoh nrima kasunyatan
Kudu lila Ananging lara
Merga tresnamu Ra kaya janjimu
Yen iki Wancine kudu ngene
Tresnaku tak jaga Ing ati iki
Kanthi lila Tur legawa
Sing Amung dadi pangarep ing impen




Kamis, 23 Mei 2019

Ayo Maca Cekak


Kanca Gawe Susah
Dening: Mutiara Hayyu Barwita


Dina iki Joni siap-siap arep mangkat menyang sekolah. Pas jam 06.30 Joni budhal saka omah numpak pit ontel sing wis biasa di gawa mangkat sekolah. Sakdurunge menyang sekolah, Joni ngampiri  omahe Seto ngajak mangkat bareng. Joni karo Seto wis kekancanan awit SMP sampe saiki kelas 2 SMA. Saben dina, Joni karo Seto mangkat bareng-bareng numpak pit ontel e dhewe-dhewe. Joni terkenal bocah sing pinter lan sederhana. Padahal Joni lair saka kaluwarga mampu nanging Joni ora pernah sombong lan pamer. Dheweke luwih seneng urip sederhana. Beda karo Seto, dheweke lair saka kaluwarga ora mampu nanging kadang sombong lan gampang kena pengaruh wong liya.
            Ing sekolah, Joni karo Seto bebarengan terus. Menyang kantin, menyang perpustakaan, menyang kelas, lan menyang ngendi wae mesti bareng kaya wong pacaran. Ing salah sawijining dina, Joni ora mangkat sekolah nganti seminggu merga kena penyakit cacar.  Akhire, saben dina Seto menyang sekolah dewean. Ing sekolah Seto dolan gabung karo kanca liyane. Nanging Seto dolan karo kanca sing ora apik kelakuane. Kancane kuwi wis terkenal duwe pergaulan sing elek. Bocah-bocah kuwi duwe geng lan sapa wae sing dolan karo geng e kuwi kudu nuruti aturane. Ora mikir kuwi apik apa ora sing penting kudu nurut. Saben dina, Seto dolan karo geng kuwi nganti lali karo Joni. Ditinggal Joni seminggu, kelakuane Seto dadi beda drastis. Saiki Seto dadi bocah nakal lan seneng narkoba merga dolan karo geng mau.
            Ing sawijining dina, Joni wis waras saka penyakit cacare. Joni biasa ngampiri Seto sakdurunge menyang sekolah. Nanging Joni kaget weruh penampilane Seto saiki beda karo mbiyen. Seragam sekolahe ora tata, klambine padha metu ora dilebokke celana. Kerah klambine ora ditekuk lan rambute semrawut ora ditata. Merga kaget karo penampilane Seto saiki, Joni takon marang Seto. “Set, kok saiki penampilanmu dadi kaya ngene ngopo?” karo nunjuk-nunjuk klambine Seto sing ora tata. “Yo rapopo, aku kepengin beda wae”, jawabe Seto. “Beda yo beda tapi aja kaya ngene, kudune luwih rapi dudu malah dadi ora jelas kaya ngene kaya bocah nakal” kandane Joni. Nanging Seto ora gelem ngrungokake sing diomongke Joni, Seto langsung ngejak Joni mangkat sekolah.
            Tekan ing sekolah, Seto langsung ketemu karo kanca-kanca geng e. Dheweke langsung gabung lan lungo ninggalake Joni. Joni kaget banget. “Lho kok saiki Seto dolan karo geng kuwi, padahal geng kuwi kan geng nakal, pantes penampilane dadi beda ngono”, batine Joni. Sakwise markirke pit ontel e, Joni langsung mlebu menyang kelas lan takon marang kanca-kanca liyane ngapa saiki Seto dolan karo geng sing nakal kuwi. Terus kanca-kanca liyane pada crita asal mulane. Joni kaget lan ora nyangka Seto bakal kaya ngono.
            Dina setu malem minggu, biasa geng nakal kuwi ngrayakake pesta narkoba ing omah kosong. Omah kuwi wis suwe ora ana sing nunggoni, suwung, akeh tanduran-tanduran kang semrawut lan lingkungane sepi adoh saka omah warga. Saben malem minggu, omah kuwi dadi basecamp e geng nakal iku kanggo pesta narkoba. Merga lingkungane sepi, saben geng nakal iku pesta narkoba ora ana warga sing ngerti. Pestane lancar terus lan gawe geng kuwi terus-terusan pesta narkoba ning omah kosong iku. Bengi iku dadi bengi pertamane Seto melu pesta narkoba karo geng nakal. Awale Seto wedi arep melu pesta narkoba, nanging saking pintere bocah-bocah geng nakal iku ngrayu akhire Seto wani lan gelem melu pesta narkoba. Pas jam 00.00 geng nakal lan Seta miwiti pestane. Seto lan geng nakal katon seneng kaya ora ana beban ing pikirane. Pestane rame lan padha bebas ngisep ganja karo miras. Ana lagu sing ngiringi pestane iku. Seto lan geng e ora mikir pikiran liya sing dipikir mung seneng bisa pesta narkoba. Nganti jam 03.00 pesta, akhire Seto lan geng e keturon ning omah kosong kuwi.
            Esuk-esuk jam 06.00 ora sengaja Joni lagi mlaku-mlaku sinambi olahraga muter-muter ning kampunge. Dheweke olahraga muteri kampunge nganti tekan omah kosong sing dinggo pesta karo Seto lan geng nakal e. Ora biasane Joni mlaku-mlaku nganti nglewati omah kosong, nanging pas dina iku rasane Joni kepengin nglewati omah kuwi lan kepengin ngerti kepiye lingkungane saiki. Wis 15 menit Joni mlaku-mlaku, dheweke tekan ning ngarepe omah kosong. Joni weruh ana motor ing ngarep omah kuwi, Joni bingung lan dheweke kepengin  ngerti ngapa ana motor ning omah kuwi. Joni langsung mlebu omah kosong lan kaget merga dheweke weruh ana Seto karo geng nakal. Ditambah maneh, Joni weruh ana botol-botol miras lan ganja. Joni langsung mlayu lan cepet-cepet nelpon polisi. Wis 10 menit, akhire polisi kuwi teka ning omah kosong. Joni langsung crita marang polisi banjur polisi langsung mlebu lan langsung gawa Seto lan geng nakal e menyang kantor polisi. Kanthi bukti-bukti sing nyata, akhire Seto karo geng nakal di penjara nganti 2 tahun. Seto lan geng nakal langsung ditokke saka sekolahe.


Nah, saka crita cekak ing dhuwur bisa dijupuk pelajaran supaya awakedhewe aja sembarang milih kanca. Kanca kuwi ana sing apik lan ana sing elek, kepiye carane awakedhewe golek kanca sing bisa menehi pengaruh positif dudu malah menehi pengaruh negatif lan gawe rugi. Aja gampang kepengaruh karo hal-hal sing elek, kabeh kuwi ana resikone. Dadi bocah sekolah kuwi kewajibane mung siji yaiku sinau, sinau lan sinau. Mula aja padha nglakokake tindakan sing ora bener, dosa iya dihukum iya.