PENGIMPLEMENTASIAN PEMBELAJARAN BAHASA JAWA DALAM
PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA SUPM NEGERI TEGAL
Mutiara Hayyu Barwita
Email: mutiara.barwita@gmail.com
ABSTRAK
Pengimplementasian pembelajaran bahasa jawa dilaksanakan untuk membentuk siswa
yang berkarakter. Saat ini, karakter siswa semakin luntur dengan adanya berbagai faktor dari
dalam maupun luar siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami penerapan
pendidikan karakter pada siswa SUPM negeri Tegal. Metode yang digunakan yaitu penelitian
kualitatif. Penelitian ini dilakukan di SUPM negeri Tegal. Subjek penelitian adalah seluruh
siswa kelas X SUPM Negeri Tegal. Data diperoleh dari hasil observasi dan wawancara kepada
kepala sekolah, para wakil kepala sekolah, wali kelas, guru dan siswa. Sumber data berasal dari
peristiwa, dokumen dan informan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Validitas data menggunakan teknik triangulasi sumber data dan
triangulasi metode. Analisis data menggunakan teknik deskriptif didasarkan pada analisis
kualitatif. Hasil penelitian bersadarkan: (1) Karakter peserta didik SUPM Negeri Tegal; (2)
Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Jawa di SUPM Negeri Tegal ; dan (3) Tingkat keberhasilan
Pendidikan karakter di SUPM Negeri Tegal.
Pembentukan karakter siswa SUPM Negeri Tegal melalui pengimplementasian
pembelajaran Bahasa Jawa mewujudkan sikap hormat serta sopan santun terhadap sesama dan
kepada orang tua serta berperilaku baik saat datang ke sekolah hingga selama di asrama
sekolah. Dalam pembelajaran Bahasa Jawa siswa mampu memahami dan mempraktikkan
nilai-nilai atau ajaran yang ada dalam pembelajaran Bahasa Jawa, dikarenakan guru
menerjemahkan juga dalam Bahasa Indonesia untuk peserta didik yang berasal dari luar Jawa
sehinggan seluruh peserta didik mampu memahami makna dan maksud dari materi yang
disampaikan. Tingkat keberhasilan pendidikan karakter di SUPM Negeri Tegal adalah
terbentuknya karakter yang meliputi sopan santun, disiplin, berani dan jujur. Selain itu, terdapat
dapat di analisis faktor penghambat dan faktor pendukung membentuk karakter siswa.
Kata kunci: pembelajaran bahasa jawa, penerapan, karakter
ABSTRACT
The implementation of Javanese language learning is carried out to form students
with character. At present, the character of students is increasingly fading due to various factors
from within and outside students. The purpose of this study was to understand the application
of character education to SUPM Tegal students. The method used is qualitative research. This
research was conducted at SUPM Tegal state. The research subjects were all students of class
X SUPM Negeri Tegal. The data were obtained from observations and interviews with the
principal, vice principals, homeroom teachers, teachers and students. Sources of data come
from events, documents and informants. Data collection techniques are carried out by means
of observation, interviews, and documentation. Data validity uses data source triangulation
techniques and method triangulation. Data analysis using descriptive techniques based on
qualitative analysis. The results of the study were based on: (1) The character of Tegal State
SUPM students; (2) Implementation of Javanese language learning at Tegal State SUPM; and
(3) the success rate of character education at SUPM Negeri Tegal.
The formation of the character of SUPM Negeri Tegal students through the
implementation of Javanese language learning manifests respect and courtesy towards others
and to parents and behaves well when they come to school and while in the school dormitory.
In learning Javanese, students are able to understand and practice the values or teachings that
exist in learning Javanese, because the teacher also translates into Indonesian for students who
come from outside Java so that all students are able to understand the meaning and intent of
the material presented. The level of success of character education at SUPM Negeri Tegal is
the formation of character which includes courtesy, discipline, courage and honesty. In
addition, there can be an analysis of inhibiting factors and supporting factors in shaping student
character.
Keywords: learning Javanese, application, character
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan proses
pembelajaran yang terdiri dari beberapa
komponen berupa pengetahuan, sikap, dan
keterampilan. Ketiga komponen tersebut
dilakukan melalui kegiatan pengajaran,
pelatihan dan penelitian yaitu kegiatan yang
meliputi berbagai komponen yang saling
berhubungan. Pendidikan dilaksanakan
secara terprogram dan terstruktur agar
semua faktor pendidikannya dapat
dipahami. Segala unsur sistem pendidikan
yang berlaku secara mikro ataupun makro
harus dipahami dan dapat digunakan serta
ditingkatkan sehingga mencapai tujuan
pendidikan yang semestinya (Wahyudin,
2008: 1). Adapun menurut Heidjrachman &
Husnan (2011: 77) pendidikan merupakan
kegiatan yang bertujuan memberikan
informasi atau meningkatkan pengetahuan
umum seseorang dalam memaksimalkan
pengetahuan dan pemahamam teori,
menentukan dan mengambil cara
penyelesaian terhadap masalah-masalah
yang ditinbulkan dari kegiatan di dalam
pencapaian tujuan itu, berupa masalah di
dunia pendidikan maupun kehidupan
sehari-hari.
UU No. 20 Tahun 2003 mengenai
Sistem Pendidikan Nasional menerangkan
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Pembelajaran merupakan salah satu
aktivitas yang dilakukan pendidik dan
peserta didik secara sadar dan terstruktur.
Pembelajaran dapat dilakukan di luar
maupun di dalam kelas. Segala informasi
dan pengetahuan disampaikan oleh
pendidik kepada peserta didik melalui
proses pembelajaran. Menurut Baharuddin
(2015: 19) pembelajaran bertujuan untuk
membantu proses belajar peserta didik.
Pembelajaran dapat dikatakan serangkaian
peristiwa yang dirancang dan disusun
sedemikian rupa untuk mempengaruhi
terjadinya proses belajar peserta didik yang
bersifat internal. Situasi dan kondisi dalam
pembelajaran harus dirancang terlebih
dahulu oleh perancang agar proses belajar
terjadi dengan semestinya. Adapun
menurut Sagala (2011: 61) pembelajaran
merupakan proses komunikasi dua arah.
Mengajar dilakukan oleh guru sebagai
pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh
siswa sebagai peserta didik. Jadi,
konsentrasi belajar berlangsung dalam
suatu pola yang digunakan secara
bersamaan oleh guru dan siswa.
Pembelajaran dapat juga dikatakan kegiatan
yang dilakukan untuk menginisiasi,
memfasilitasi dan meningkatkan intensitas
dan kualitas belajar pada diri peserta didik.
Oleh karena pembelajaran merupakan
upaya sistematis dan sistemik
untukmenginisiasi, memfasilitasi, dan
meningkatkan proses belajar makakegiatan
belajar berkaitan erat dengan jenis hakikat,
dan jenis belajar sertahasil belajar tersebut.
Pembelajaran harus menghasilkan belajar,
tapi tidak semua proses belajar terjadi
karena pembelajaran. Proses belajar terjadi
juga dalam konteks interaksi sosial-kultural
dalam lingkungan masyarakat
(Winataputra, 2008: 18) Ketiga pendapat di
atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaranadalah aktivitas atau peristiwa
yang bertujuan untuk
menyampaikaninformasi dan pengetahuan
yang dilakukan oleh guru dan siswa secara
bersamaan. Pembelajaran juga kegiatan
untuk memfasilitasi danmeningkatkan
kualitas belajar pada peserta didik. Di
dalam pembelajaran meliputi jenis hakikat,
jenis belajar dan hasil belajar pserta didik.
Tidak semua proses belajar terjadi karena
pembelajaran. Proses belajar bisaterjadi di
dalam lingkungan masyarakat umum.
Selain pendidikan sebagai ilmu
pengetahuan, dalam pembelajaran di
sekolah peserta didik perlu adanya
pendidikan karakter. Pendidikan karakter
perlu diberikan di tingkat sekolah dasar
hingga sekolah menengah. Hal tersebut
menjadi sebuah pedoman untuk
membentuk peserta didik yang baik.
Pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara
kognitif, penghayatan nilai secara afektif,
dan akhirnya ke pengamalan nilai secara
nyata. Inilah rancangan Pendidikan
karakter (moral) yang oleh Thomas Lickona
disebut moral knowing, moral feeling, dan
moral action (Lickona, 2012:51). Karena
itulah, semua mata pelajaran yang
dipelajari oleh peserta didik di sekolah
harus bermuatan pendidikan karakter yang
bisa membawa mereka menjadi manusia
yang berkarakter, seperti yang ditegaskan
oleh Lickona tersebut.
Penanaman pendidikan karakter
bertujuan untuk meningkatkan mutu
penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang
mengarah pada pencapaian pembentukan
karakter dan akhlak mulia peserta didik
secara utuh, terpadu, dan seimbang.
Melalui pendidikan karakter diharapkan
peserta didik mampu secara mandiri
meningkatkan dan menggunakan
pengetahuannya, mengkaji dan
menginternalisasi, serta mempersonalisasi
nilai-nilai karakter dan akhlak mulia
sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari (Muslich, 2011: 81).
Perlu kita ketahui bahwa di zaman
digital seperti sekarang ini, pendidikan
karakter yang dimiliki peserta didik
sangatlah minim. Oleh sebab itu, sebagai
pendidik sangat dianjurkan untuk
memberikan pemahaman maupun
penerapan pendidikan karakter pada peserta
didik di sekolah maupun di lingkungan
masyarakat. Pendidikan karakter yang
diharapkan yaitu mengenai sopan santun,
menghormati guru dan orang tua, jujur,
disiplin, tanggung jawab, mandiri, peduli
social, cinta tanah air, dan lain sebagainya.
Contoh Pendidikan karakter tersebut sangat
sejalan dengan kurikulum merdeka yang
sedang dijalankan untuk sekarang ini.
Seperti halnya yang disebutkan dalam
kurikulum merdeka bahwa peserta didik
harus memiliki profil pelajar Pancasila.
Pelaksanaan pembelajaran Bahasa
Jawa berbasis pendidikan karakter dalam
kurikulum seringkali memunculkan
berbagai kendala yang diantaranya dapat
diketahui melalui penelitian yang dilakukan
oleh Vikiyono (2015) dengan judul
“Implementasi Pendidikan Karakter di
SDIT Qurrota A’yun Ponorogo”. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa hambatan
yang dialami dalam proses penanaman
karakter berasal dari dalam dan dari luar.
Hambatan dari dalam meliputi pendidik
yang kurang bisa memahami karakteristik
masing-masing siswa. Kurangnya sarana
penunjang dalam kegiatan pembelajaran.
Selain itu sistem full day yang ternyata
memiliki beberapa kelemahan. Hambatan
dari luar adalah kurangnya partisipasi aktif
orang tua dalam proses penanaman
karakter.
Penelitian yang dilakukan oleh
Handayani (2018) dengan judul
“Implementasi Pendidikan Karakter
Melalui Pembiasaan Penggunaan Bahasa
Jawa Siswa di SD Karangmulyo
Yogyakarta”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa melakukan
pembiasaan siswa dengan penggunaan
bahasa Jawa dalam komunikasi sehari-hari
di sekolah. Penggunaan bahasa Jawa juga
beragam, dimana siswa kelas rendah baru
sebatas menggunakan bahasa Jawa ngoko
lugu dan ngoko alus. Hal ini dikarenakan
siswa belum mampu menggunakan sesuai
dengan unggah-ungguh. Namun
pembiasaan penggunaan bahasa Jawa
sesuai unggah-ungguh dapat diterapkan
bagi siswa kelas tinggi dalam kriteria
berkomunikasi siswa sekolah dasar.
Dari kedua penelitian di atas, dapat
diketahui bahwa pengimplementasian
pendidikan karakter dapat dilaksanakan
pada pembelajaran Bahasa Jawa melalui
pembiasaan komunikasi menggunakan
Bahasa Jawa. Namun, dalam penerapannya
memiliki berbagai hambatan dari dalam dan
luar. Oleh karena sebagai guru dapat
mengatasinya dengan membimbingnya di
sekolah sesuai unggah-ungguh.
METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilaksanakan yaitu
berlangsung di SUPM Negeri Tegal dengan
alamat di Jalan Martoloyo Po. Box. 22 Kota
Tegal. Sekolah ini merupakan sekolah
perikanan pertama di Indonesia dan yang
pertama di Asia Tenggara. Peserta didik di
SUPM Negeri Tegal mempunyai prestasi
dalam bidang ekstrakulikuler maupun
prestasi dalam bidang akademik. Peneliti
memilih sekolah tersebut, karena sekolah
tersebut sangat terkenal dengan pendidikan
karakternya.
Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif melakukan
aktifitasnya untuk memperoleh
pengetahuan, sebuah informasi, atau cerita
yang rinci tentang subjek dan tata sosial
penelitian. Subjek penelitiannya yaitu
seluruh siswa kelas X SUPM Negeri Tegal
sejumlah 153 siswa. Data yang diperoleh
dari hasil observasi dan wawancara kepada
kepala sekolah, para wakil kepala sekolah,
wali kelas, guru dan siswa. Hasil
wawancara dilakukan secara mendalam dan
pengamatan berbentuk cerita yang sangat
mendetail (deskripsi-rinci, gambaran yang
mendalam), termasuk ungkapan-ungkapan
asli subjek penelitian. Sumber data berasal
dari peristiwa, dokumen dan informan.
Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan cara observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Validitas data menggunakan
teknik triangulasi sumber data dan
triangulasi metode. Analisis data
menggunakan teknik deskriptif didasarkan
pada analisis kualitatif.
Pada penelitian ini dihadapkan pada
penentuan sebab akibat. Jawaban terhadap
pertanyaan hubungan sebab akibat penting
untuk mengetahui dan mengontrol dari
beberapa pihak. Melalui pendekatan
kualitatif, data yang diperoleh akan
lengkap, lebih mendalam dan terpercaya.
Dengan demikian pembelejaran Bahasa
Jawa dalam pembentukan karakter pada
peserta didik di SUPM Negeri Tegal dapat
terungkap dengan jelas dan mendalam.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Karakter Peserta Didik SUPM Negeri
Tegal
Karakter yang ditanamkan pada
peserta didik dapat dikembangkan melalui
dengan adanya program yang akan
dijalankan kemudian disosialisasikan
kepada semua warga sekolah, setelah
disosialisasikan secara bertahap untuk
dilaksanakan. Apabila sering dilaksanakan
akan menjadi kebiasaan dan membentuk
karakter pada diri peserta didik.
Dalam pengembangan karakter
tidak terlepas dari bantuan semua warga
sekolah, keluarga dan masyarakat. Ketiga
ranah ini sangat berperan penting dalam
mengembangkan karakter peserta didik.
Karena tidak akan berjalan dengan optimal
apabila dalam pengembangan karakter
hanya dijalankan di sekolah saja tetapi juga
harus adanya kerja sama antara pihak
sekolah dan keluarga. Karakter peserta
didik dalam lingkungan sekolah berkaitan
dengan manajemen atau pengelolaan
sekolah. Pengelolaan yang dimaksud
adalah bagaimana karakter peserta didik ini
direncanakan, dilaksanakan, dan
dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan yang
ada di dalam lingkungan sekolah.
Pengelolaan tersebut antara lain meliputi,
nilaai-nilai yang perlu ditanamkan, muatan
kurikulum, pembelajaran, penilaian,
pendidik dan tenaga kependidikan, dan
komponen yang terkait lainnya. Dengan
demikian, manajemen sekolah menjadi
salah satu media yang efektif dalam
pendidikan karakter di sekolah.
Penanaman karakter peserta didik
dilakukan ketika peserta didik masuk
gerbang sekolahan, proses pembelajaran,
istrahat sampai pulang ke asrama. .Pada
saat peserta didik masuk gerbang telah
ditanamkan karakter disiplin dan saling
menghormati dengan cara sikap hormat
kepada guru (tenaga pendidik), tenaga
kependidikan, serta kepada kakak kelas.
Adapun penanaman karakter dalam proses
pembelajaran diantaranya:
- Berdoa sebelum memulai pelajaran
maupun memulai suatu kegiatan serta
mengucapkan syukur apabila
mencapai keberhasilan.
- Memberi salam dan sikap hormat
apabila bertemu dengan guru maupun
kakak kelas.
- Menghargai pendapat teman.
- Menjaga lingkungan dalam kelas agar
selalu bersih, serta mengacungkan jari
telunjuk sebelum menyampaikan
pendapat.
- Menjunjung nilai kejujuran dengan
cara tidak mencontek saat ujian.
- Duduk dengan rapi dan tertib.
Selain itu guru juga menjadi suri
tauladan bagi peserta didik, sebab kata guru
terdiri dari dua kata yaitu digugu dan ditiru
sehingga perilaku guru merupakan model
atau media yang paling dekat yang dapat
menanamkan nilai-nilai karakter mulia
pada diri peserta didik.
Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Jawa
di SUPM Negeri Tegal
Pembelajaran Bahasa Jawa
merupakan salah satu pembelajaran yang
memiliki kearifan lokal yang telah
diterapkan di SUPM Negeri Tegal. Di
dalam pembelajaran bahasa Jawa, terdapat
unggah-ungguh. Unggah-ungguh berarti
sopan santun, hal tersebut tercermin dari
adanya tata aturan dalam penggunaan
Bahasa Jawa misalnya aturan
menggunakan Bahasa Jawa krama antara
siswa dengan orang yang lebih tua seperti
guru maupun teman sebaya. Aturan
tersebut mengajarkan kita untuk berbicara
yang sopan santun sesuai unggah-ungguh
maupun menghormati orang yang lebih tua
seperti yang telah diterapkan di SUPM
Negeri Tegal. Dalam pelaksanaan
pembelajaran bahasa Jawa perlu diketahui
bahwasannya alokasi pembelajaran bahasa
Jawa adalah 1 x 35 menit (1 jam pelajaran)
dalam setiap kelas X, XI dan XII.
Dalam pelaksanan pembelajaran
Bahasa Jawa meliputi waktu karena waktu
pembelajaran juga mempengaruhi
pengetauan pada siswa, karena terbatasnya
waktu yang sedikit yaitu hanya satu jam
pelajaran. Pembelajaran bahasa jawa
merupakan salah satu pembelajaran yang
sudah diterapkan di SUPM Negeri Tegal
dan merupakan pembelajaran muatan lokal,
karena pembelajaran tersebut
mengembangkan nilai-nilai budaya Jawa
seperti tata krama kepada orang tua maupun
guru yang ada di sekolah. Pembelajaran
Bahasa Jawa bersama guru untuk
menanamkan karakter pada anak yang
terdapat pada tiga tahap. Pertama kognitif,
mengisi otak, mengajarinya dari tidak tahu
menjadi tahu, dan pada tahap Kedua dapat
membudayakan akal pikiran, sehingga dia
dapat memfungsi akalnya menjadi
kecerdasan intelegensi siswa memperoleh
pengetahuannya terkait dengan informasi
unggah ungguh penggunaan bahasa jawa
krama serta manfaatnya melalui pelajaran bahasa jawa yang diajarkan oleh guru setiap
1 jam perminggu. Ketiga adalah berkenaan
dengan aksi, perbuatan, perilaku, dan
seterusnya. Siswa melakukan pertemuan
yang diulang setiap minggunya didalam
kelas, maka pengenalan lebih dalam pun
sudah dilakukan seperti menyapa dengan
Bahasa Jawa tata krama dengan guru
maupun dengan yang lainnya.
Tingkat Keberhasilan Pendidikan
Karakter di SUPM Negeri Tegal
Hasil pembelajaran adalah hasil
yang ingin di capai oleh peserta didik
setelah kegiatan belajar mengajar
berlangsung. Dan setiap pembelajaran
pastinya ada sesuatu yang ingin dituju,
tujuan itu bisa berupa angka/nilai dan juga
perubahan sikap atau karakter yang baik
dan sesuai apa yang telah diajarkan. Dalam
pembelajaran Bahasa Jawa ini terdapat
nilai-nilai moral yang ingin di capai sebagai
tingkat keberhasilan dalam pembelajaran,
seperti:
1. Sopan Santun
Sopan santun pada merupakan
sikap hormat kepada siapapun
disekeliling kita dengan berdasarkan
adat yang baik dan benar, selain itu
sopan santun juga suatu perilaku yang
beradab, baik dalam berperlaku, tutur
kata dan berpakaian.
2. Disiplin
Pendidikan karakter sangat erat
kaitannya dengan kedisplinan. Karena
dari kesiplinan yang kuat, tangguh,
kokoh serta bertanggung jawab akan
terbentuk pula karakter yang kuat.
Karena disiplin adalah salah satu kunci
karakter yang kuat dan kokoh.
3. Berani
Sifat berani biasanya dimiliki
oleh para pahlawan dan pejuang, sifat
berani dimiliki pula oleh setiap manusia
di muka bumi ini. Dengan adanya sifat
berani ini bisa dijadikan acuan atau
harapan bahwasannya anak-anak ini
nanti adalah sebagai generasi penerus
bangsa yang harus dan wajib
mempunyai sifat berani agar bisa
menjaga bangsa ini dari gangguan luar.
4. Jujur
Sifat jujur perlu dimiliki oleh
setiap orang. Sebuah kejujuran adalah
aspek moral kehidupan. Aspek ini
memiliki nilai baik serta nilai positif.
Semua orang pasti menghargai suatu
kebenaran. Di dalam setiap etnis, budaya
maupun agama kebenaran tentu
dijunjung tinggi. Maka setiap ajaran
tentu mengharuskan kejujuran ada di
dalamnya.
Faktor penghambat dan pendukung
membentuk karakter siswa dalam
pelaksanaan pembelajaran Bahasa Jawa
di SUPM Negeri Tegal
Ada beberapa hal yang menjadi
faktor penghambat dan pendukung
membentuk karakter siswa dalam
pelaksaan pembelajaran Bahasa Jawa
sebagai berikut :
1. Faktor Penghambat
Faktor tersebut masih
didominasi oleh faktor internal siswa
seperti rasa malas, bosan maupun rasa
minat. Adanya karakter siswa yang
berbeda-beda terhadap pembelajaran
dikarenakan pembelajaran Bahasa Jawa
dilaksanakan pada siang hari yaitu
antara pada jam ke tujuh hingga jam ke
sebelas, menjadikan siswa kurang minat
dan pembelajaran menjadi kurang
efektif. Selain itu, mata pelajaran
maupun materi Bahasa Jawa kurang
diminati oleh siswa.
Faktor penghambat lainnya salah
satunya yaitu karakter siswa yang
berbeda beda, seperti ada satu atau dua
anak yang masih merasa kesulitan
dengan pembelajaran bahasa Jawa
karena anak tersebut berasal dari luar
pulau Jawa, jadi murid harus benar benar
memperhatikan agar faham.
2. Faktor Pendukung
Faktor pendukung disini adalah
mulai dari sarana dan prasarana yang
baik meliputi lingkungan sekolahan,
karena sekolah menerapkan boarding
school (asrama), jadi siswa dibiasakan
untuk tertib dan hormat baik kepada
guru maupun teman yang lebh tua.
Disitulah karakter yang sebenarnya
terbentuk mulai dari sapa (salam disertai
sikap hormat) antara murid dengan guru
ataupun teman yang lebih tua, terdapat
juga faktor dari lingkup keluarganya
yang mana memang ketika dirumah
telah di didik orang tuanya berbahasa
yang sopan dan santun. Ada juga faktor
dari lingkungan keluarga sebagai
pendukung karakter siswa yang ada di
SUPM Negeri Tegal.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan peneliti di lapangan, maka
peneliti dapat mengambil kesimpulan
tentang “Pengimplementasian
Pembelajaran Bahasa Jawa dalam
Pembentukan Karakter Siswa SUPM
Tegal” serta dari berbagai data yang
dikumpulkan dan di analisa, dapat
disimpulkan bahwa karakter peserta didik
di SUPM Negeri Tegal terwujudnya sikap
hormat serta sopan santun terhadap sesama
dan kepada orang tua serta berperilaku baik
saat datang ke sekolah hingga selama di
asrama sekolah. Pelaksannaan
pembelajaran Bahasa Jawa di SUPM
Negeri Tegal menurut peneliti
pembelajaran dikategorikan sudah efektif
hal ini dibuktikan dengan adanya siswa
yang mampu memahami dan mempraktikkan nilai-nilai atau ajaran yang
ada dalam pembelajaran Bahasa Jawa,
dikarenakan guru menerjemahkan juga
dalam Bahasa Indonesia untuk peserta didik
yang berasal dari luar Jawa sehinggan
seluruh peserta didik mampu memahami
makna dan maksud dari materi yang
disampaikan. Tingkat keberhasilan
pendidikan karakter di SUPM Negeri Tegal
adalah terbentuknya karakter yang meliputi
sopan santun, disiplin, berani dan jujur.
Selain itu, terdapat dapat di analisis faktor
penghambat dan faktor pendukung
membentuk karakter siswa dalam
pelaksanaan pembelajaran Bahasa Jawa di
SUPM Negeri Tegal.
DAFTAR PUSTAKA
Baharruddin. (2015). Teori Belajar dan
Pembelajaran. Yogyakarta:Ar-Ruzz
Media.
Handayani, T., & Hangestiningsih, E.
(2018). “Implementasi Pendidikan
Karakter Melalui Pembiasaan
Penggunaan Bahasa Jawa Siswa di SD
Karangmulyo
Yogyakarta”. Trihayu, 4(3), 415-419.
Heidjrachman dan Suad Husnan (Ed. 4).
2011. Manajemen Personalia.
Yogyakarta: BPFE.
Lickona, Thomas. 2012. Mendidik Untuk
Membentuk Karakter: Bagaimana
Sekolah dapat Memberikan
Pendidikan Sikap Hormat dan
Bertanggung Jawab. (Penerjemah:
Juma Abdu Wamaungo. Jakarta: Bumi
Aksara).
Muslich, Masnur. (2011). Pendidikan
Karakter: Menjawab Tantangan Krisis
Multidimensional. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Sagala, Syaiful. (2011). Konsep dan Makna
Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Veronika, P., Setiawan, B., & Wardani, N.
E. (2017). “Implementasi
Pembelajaran Bahasa Jawa (Materi
Tembang Dolanan) Berbasis
Pendidikan Karakter Religius Dalam
Kurikulum 2013”. El Harakah, 19(1),
53.
Vikiyono, Derit. (2015). Implementasi
Pendidikan Karakter di SDIT Qurrota
A’yun Ponorogo. Surakarta: Program
Pascasarjana Universitas Sebelas
Maret.
Wahyudin, D. (2008). Pengantar
Pendidikan. Jakarta: UT.
Winataputra, Udin S. dkk. 2008. Teori
Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Universitas Terbuka